Semalam, di Bandung, selepas hujan deras, saya mengantar seorang kolega dari Sulawesi ke tempat penjualan parfum “isi ulang”.
Ia membeli lebih dari 20 botol sedang. “Sebagian titipan, sebagian lagi untuk oleh oleh”, katanya.
Di depan etalase, berhadapan dengan penjualnya, setiap kali ia menyebut merk parfum, sang penjual mengoleskan batangan kecil pada lengannya, setelah dicelupkan pada deretan botol yang dijajarkan, yang jumlah mencapai ratusan.
Setelah itu terjadi dialog pendek. Teman saya mengangguk tanda persetujuan aroma yang ditawarkan. Atau minta diganti karena aromanya terlalu tajam. Setelah diolesi celupan lagi dengan campuran lain, atau dari botol yang lain, ia mengangguk juga. Tanda sepakat.
Begitu dilakukan berulang ulang sebanyak botol yang dipesannya.
Hidung saya yang lebih familiar dengan ikan asin, bawang goreng, atau sambal terasi, menghirup aneka parfum itu, rasanya kepala jadi agak “neng-nengan”. Kliyeng kliyeng.
Di sela sela menunggu itu, ada beberapa orang (ibu) memesan. Menyerahkan botol yang sudah kosong. Penjual membuka tutup botolnya, mendekatkan pada hidungnya, dan menyebutkan jenis parfum, dari aroma yang masih tersisa di botol itu.
Saya salut dengan kepekaan hidungnya dalam mengidentifikasi aroma parfum yang jumlah begitu banyak, (Kalau lihat deretan botol yang dijajarkan, yang tiap botol diberi nama berbeda karena isinya berbeda).
Karena penasaran dengan ketajaman dan kepekaan penciuamannya, saya keluarkan parfum yang kebetulan ada di tas saya. “Yang ini apa, Mas?”, tanya saya sambil menyerahkan botol kecil yang masih terisi setengahnya. “Si Mas” menyemprotkan sedikit pada lengannya, kemudian menyebut merk dan spesifikanya.
“OK”, kata saya, sambil menerima kembali botol kecil parfum saya. Dan “tebakannya” tepat.
Sambil menunggu pesanan kolega saya beres, saya membayangkan ketajaman hidung penjual parfum itu tak ubahnya seniman musik, yang dengan cepat mampu mengenali dan mengidentifikasi bunyi atau nada.
Seniman musik memiliki kepekaan telinga dalam menangkap nada hanya dengan sekali mendengar. Seniman parfum, sebut saja begitu, memiliki kepekaan dalam mengidentikasi ratusan merk hanya dengan sekali menghirup aroma.
Betapa kayanya kemampuan indra manusia…